Seks Gratis VS Seks Berbayar

Hola! Jumpa lagi di blog saya!

Teman-teman, untuk tulisan saya kali ini adalah hasil survey dari sepuluh responden tentang pandangan mereka mengenai prilaku seks bebas. Seks bebas yang dibahas kali ini ialah seks berbayar (prostitusi) dan seks gratis. 

Responden yang saya wawancarai ialah 5 mahasiswi dan 5 mahasiswa pria dari berbagai universitas.

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, lima orang berpendapat bahwa seks berbayar lebih baik dibanding seks gratis, satu orang berpendapat seks bebas lebih baik, dan empat orang tidak dapat memilih dan menggangap keduanya salah. 

Para responden yang berpendapat bahwa seks berbayar lebih baik beranggapan bahwa pelaku seks berbayar (prostitusi) melakukan tindakan tersebut atas dasar keterpaksaan. Pada fitrahnya seseorang baik itu perempuan dan laki-laki tidak ada yang ingin melakukan hal tersebut dengan seseorang yang tidak dicintainya walau dibayar sekalipun. Orang yang melakukan hal tersebut dapat diduga teguncang jiwanya akibat tekanan dalam hidupnya, baik itu tekanan sosial ataupun finansial. Sedangkan seks gratis didasarkan pada keinginan atau nafsu pribadi dan terjadi karena suka dengan suka atau mau dengan mau. Mungkin bagi para pelaku seks gratis tidak terasa dampaknya pada saat itu, tapi percayalah bahwa cepat atau lambat dampak itu akan muncul. Ada sebab, maka ada akibat. Pelaku tindakan prostitusi atau penjualan diri dianggap lebih memiliki alasan yang kuat karena itu satu-satunya cara dia bertahan hidup. 

Beberapa responden menjawab dari sudut pandang keuntungan negara dan menganggap bahwa tindakan seks berbayar dapat mencegah pengangguran dan dengan harga yang relatif mahal tidak mungkin tenaga kerja tersebut digunakan oleh anak-anak ataupun mahasiswa. Jika dilihat dari sudut pandang interpersonal, maka seks gratis memiliki dampak pada hubungan seseorang, sedangkan seks berbayar tidak akan berdampak sama sekali dengan hubungan interpersonal satu sama lain sebab kedua oknum tersebut tidak saling mengenal satu sama lain. Dibandingkan dengan seks gratis, kegiatan prostitusi tidak mengarah pada tindakan pelecehan sebab hal tersebut merupakan keputusan oknum dan bukan karena paksaan orang lain. Selain itu pemerintah dapat mengatur tindakan prostitusi sedangkan tindakan seks bebas berada diluar kehendak pemerintah. 

Tetapi, responden yang menjawab seks berbayar lebih buruk dibanding seks gratis menganggap bahwa seks gratis dapat mencegah penularan penyakit kelamin semacam HIV sebab seks gratis dilakukan atas dasar sama-sama mau. Pelaku seks berbayar tidak memiliki pilihan untuk mencegah penyebaran penyakit tersebut sebab dia telah melakukan seks dengan banyak orang setiap harinya. 

Menurut para responden yang tidak dapat memilih, maka tidak ada dari tindakan tersebut yang dapat dibenarkan atau "mendingan". Untuk pelaku seks berbayar, jika dipikirkan kembali, apapun tekanan hidup yang sedang dialami tidak sepatutnya menukarkan bahkan menjual harga diri kepada orang yang tidak dikenal demi uang. Begitupula dengan para pelaku seks gratis. Tidak sepatutnya bagi mereka untuk menyerahkan harga diri mereka kepada orang yang "dicintai" nya. Atas nama cinta, belum tentu pasangannya akan mencintai dia seumur hidup tanpa terikat hubungan pernikahan. Oleh karena itu sudah sepatutnya bagi kita baik laki-laki ataupun perempuan untuk menjaga harga dirinya. Tindakan seks bebas baik itu berbayar atau gratis dapat menjatuhkan harga diri seseorang bahkan hingga tak bersisa. Bukan hanya menghancurkan kehidupannya sendiri tetapi juga harga diri orang tuanya dan orang-orang disekitarnya. Hal tersebut merupakan kesenangan jangka pendek. Juga bagi mereka yang melakukan hal tersebut demi uang, karena suatu saat nanti cepat atau lambat uang tersebut akan habis tak bersisa sedangkan harga diri tidak akan pernah kembali lagi. 

Mau bagaimanapun juga, hal yang paling tidak diinginkan dari oknum tindakan tersebut adalah kehamilan. Jika terjadi kehamilan maka dapat menimbulkan kejahatan lainnya, misalnya abortus. Padahal sebagai seorang manusia, menjaga dan memelihara kehidupan merupakan suatu keharusan. 

Hmmmm, dari tulisan ini tidak ada pihak yang dibenarkan ataupun disalahkan. Semuanya tergantung pada kacamata yang kita kenakan. Dari persepsi apa kita memandang kedua hal tersebut.
Jadiiii, jangan....berani-berani yaaa!


P.S. Tulisan ini merupakan bagian dari tugas mata kuliah Teknik Komunikasi Ilmiah ITB. 

Komentar

Postingan Populer